Senin, 05 November 2012

FADHILAH MEMAKAI MINYAK WANGI

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dicintakan kepadaku dari dunia kalian, para wanita (istri) dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.” HR. Ahmad (3/128, 199, 285), An-Nasa’i (no. 3939) kitab ‘Isyratun Nisa` bab Hubbun Nisa`. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i t dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 1/82. Dari Salman Al Farsi radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki mandi pada hari Jum’at lalu bersuci semaksimal mungkin, memakai wewangian miliknya atau minyak wangi keluarganya, lalu keluar rumah menuju Masjid, ia tidak memisahkan dua orang pada tempat duduknya lalu dia shalat yang dianjurkan baginya dan diam mendengarkan khutbah Imam, kecuali dia akan diampuni dosa-dosanya yang ada antara Jum’atnya itu dan Jum’at yang lainnya.” (HR Bukhari [834]). Dari ‘Azrah bin Tsabit al-Anshari radhiyallahu ‘anhu , ia berkata, “Aku menemui Tsumamah bin ‘Abdillah lalu ia memberikan minyak wangi, ia berkata, ‘Anas radhiyallahu ‘anhu. tidak pernah menolak hadiah minyak wangi.’ Anas mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menolak hadiah minyak wangi,” (HR Bukhari [2582]). Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Barangsiapa diberikan kepadanya raihan (minyak wangi), maka janganlah menolaknya. Karena minyak wangi itu ringan dibawa dan harum baunya’,” (HR Muslim [2253]). Dalam riwayat lain disebutkan, “Barangsiapa ditawarkan kepadanya minyak wangi,” (Shahih, HR Abu Dawud [4172], an-Nasa’i [VIII/189], Ibnu Hibban [5109]). Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiga pemberian yang tidak boleh ditolak: bantal, minyak wangi dan susu’,” (Shahih, HR at-Tirmidzi [2790], Al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah [3173], Ibnu Hibban dalam kitab ats-Tsiqaat [IV/110], Abu Nu’aim dalam Akhbaar Ashbahaan [I/99], Abu Syaikh dalam Thabaqaat al-Muhadditsiin bi Ashbahaan [III/217/457].

Kamis, 01 November 2012

Fitnah Wanita

SEPUTAR BAHAYA FITNAH WANITA Kelezatan yang beraneka ragam dan warna ada di dunia. Demikian pula pemandangan yang memesona. Allah Ta’ala menjadikan semua itu sebagai ujian dan cobaan dari-Nya. Allah Ta’ala juga menjadikan para hamba turun-temurun menguasainya, generasi demi generasi, agar Allah Ta’ala melihat apa yang mereka lakukan di atasnya. Segala macam kelezatan dunia adalah fitnah (godaan) dan ujian. Namun, fitnah (ujian) dunia yang paling besar dan paling dahsyat adalah wanita. Fitnah wanita sangatlah besar, Terjatuh ke dalam fitnah wanita sangatlah genting dan amat besar bahayanya karena wanita adalah umpan dan jeratan setan. Betapa banyak orang yang baik, sehat, dan merdeka yang diberi umpan para wanita oleh setan. Orang itu pun menjadi tawanan dan budak syahwatnya. Dia tergadai oleh dosanya (menjadi jaminan bagi dosanya). Sungguh sulit baginya untuk lepas dari fitnah tersebut. Dosanya itu adalah dosa akibat ulahnya sendiri karena tidak berhati-hati dan tidak menjaga diri dari bala tersebut. Jika dia menjaga dirinya dan berhati-hati dari fitnah wanita, tidak mencoba-coba masuk ke tempat-tempat masuknya tuduhan/prasangka, tidak menantang fitnah, disertai meminta pertolongan dengan berpegang teguh kepada Allah Ta’ala, niscaya dia akan selamat dari fitnah ini dan terbebas dari ujian ini. Dari Ayat-ayat al-Quran al-Karim زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali Imran: 14) وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. (QS Yusuf :23) وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk”. (Al Isra :32) 2. Dari Hadits-hadits Nabawiyyah Dari Usamah bin Zaid radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فَتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ “Aku tidak meninggalkan satupun fitnah sepeninggalku yang lebih membahayakan para lelaki kecuali para wanita.” (HR. Al-Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740) Dari Abu Said Al-Khudri radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda إِنَّ الدُّنْيا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْها فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ. فَاتَّقُوا الدنيا وَاتَّقوا النِّساءَ, فَإنَّ أَوَّلَ فِتْنَة بَنِي إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّساءِ “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian penguasa di atasnya lalu Dia memperhatikan apa yang kalian perbuat. Karenanya takutlah kalian kepada (fitnah) dunia dan takutlah kalian dari (fitnah) wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama (yang menghancurkan) Bani Israil adalah dalam masalah wanita.” (HR. Muslim no. 2742) Bersabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam: إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ Janganlah kalian masuk ke tempat-tempat wanita” , maka seseorang bertanya:” bagaimana dengan ipar(sepupu) wahai Rasulullah? Beliau menjawab :” ipar(sepupu) itulah letak kebinasaan”. HR. Bukhari dan Muslim. Bersabda Nabi shallallahu ’alaihi wasallam: لا يخلون رجلٌ بامرأة إلا ومعها ذو محرم “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahram baginya”. HR. Bukhari dan Muslim فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Barangsiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Alloh dan Rosul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (Bukhary – Muslim) Imam An Nawawi rohimahullohu menyebutkan: “Para ulama menukil bahwa seseorang hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia tidak menghendaki, dengan hijrahnya itu, keutamaan berhijrah. Ia hanyalah berhijrah supaya bisa menikah dengan seorang wanita yang bernama Ummu Qais, sehingga ia dijuluki dengan Muhajir Ummi Qais (orang yang berhijrah demi Ummu Qais). (Ad Durrah as-Salafiyah Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah). Pada tahun kelima kenabian, Ubaidillah bin Jahsy dan sejumlah sahabat hijrah ke Habasyah, tetapi dia akhirnya murtad, masuk agama nasrani dan menikah dengan wanita nasrani di sana. (Shahih, Thabaqat Ibnu Sa’ad) 3. Perkataan Para Ulama Dari Ali bin Zaid dari Said bi Al-Musayyib, dia berkata, “Tidak ada yang lebih mudah bagi setan untuk menggoda kecuali melalui perempuan.” Kemudian, Said berkata “Tidak ada sesuatu yang lebih aku takutkan daripada perempuan.” Padahal saat itu umurnya sudah lanjut, tua renta dan salah satu penglihatannya telah buta sedangkan yang tersisa pun sudah kabur penglihatannya karena rabun. (Siyar A’lam an Nubala’ 4/241) Dari Imran bin Abdul Malik, dia berkata, “Said bin Al-Musayyib berkata, :” Tidaklah syaitan berputus asa (untuk menaklukkan manusia) kecuali dia akan datang memperdaya (menaklukkannya) dengan wanita. “Aku tidak pernah merasa takut kepada sesuatu pun seperti ketakutanku pada wanita.” Orang orang yang mendengarnya selanjutnya mengatakan, “Sesungguhnya orang seperti Anda tidak pernah menginginkan wanita (untuk dinikahi) dan tidak ada wanita yang mau mengawini anda,” Dia berkata, “Memang itulah yang aku katakan kepada kalian.” (Siyar A’lam an Nubala’ 4/237) Berkata Ibnu Sirin rahimahullah:” Demi Allah aku tidak pernah memandang(wanita) selain istriku– Ummu Abdillah—baik ketika dalam keaadan sadar ataupun dalam mimpi, sesungguhnya pernah aku bermimpi melihat wanita dalam tidurku maka aku sadar bahwa dia tidak halal bagiku,seketika kupalingkan pandanganku. Adalah Rabi’ bin Khustaim rahimahullah senantiasa memalingkan pandangannya dari kaum wanita, maka pada suatu saat lewat rombongan kaum wanita dihadapannya, Rabi’ segera memejamkan kedua matanya sehingga para wanita tersebut menganggapnya buta dan berlindung dari musibah buta. Berkata Atho’ bin Abi Rabah rahimahullah : “Jika aku diamanahi untuk menjadi penjaga baitul mal maka aku yakin akan mampu menjaga amanah, namun aku tidak pernah merasa aman dari (fitnah wanita) sekalipun terhadap seorang budak wanita hitam yang jelek.(Siyar A’lam an Nubala’ 5/87). Berkata Abu Al-Malih rahimahullah: ” aku pernah mendengar Maimun bin Mihran berkata:”Jika diperintahkan untuk menjaga Baitul mal lebih kusuka daripada diamanahi manjaga seorang wanita”. (Siyar A’lam an Nubala’ 5/ 77). Jarir bin ‘Athiyyah al-Khathafi rahimahullah bersenandung: إِنَّ العُيُوْنَ الَّتِيْ فِي طَرْفِهَا حَــوَرٌ قَتَلْنَنَا ثُمَّ لَمْ يُحْيِيْنَ قَتْــلاَناَ يَصْرَعْنَ ذَا اللُّبِّ حَتَّى لاَ حَرَاكَ لَهُ وَهُنَّ أَضْعَفُ خَلْقِ اللّهِ إِنْـسَاناَ Sesungguhnya indahnya mata-mata hitam wanita jelita Telah membunuh kita dan tiada lagi menghidupkannya Mereka pun taklukkan si cerdas hingga tiada berdaya Sedang mereka manusia paling lemah dari ciptaan-Nya (dikumpulkan oleh abdulQohhar al-musnawy) Sesungguhnya ketika seseorang tergoda oleh wanita lalu terjerumus ke dalamnya, maka akan menyebabkan berbagai dampak negatif dan mafsadat bagi dunia dan akhiratnya. Sungguh, fitnah wanita termasuk cobaan terbesar dan paling mengerikan bagi kaum Adam. Karena wanita, dua orang laki-laki berkelahi. Lantaran wanita, dua kubu saling bermusuhan dan saling serang. Oleh sebab wanita, darah begitu murah dan mudah diguyurkan. Karena wanita, seorang dapat terjatuh dalam jurang kemaksiatan. Bahkan, karena wanita, si cerdas yang baik dapat berubah menjadi dungu dan liar. Perkataan Alloh Ta’ala قال الله تعالى ” زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة و الأنعام والحرث، ذلك متاع الحياة الدنيا، والله عنده حسن المآب. قل أؤنبئكم بخير من ذلكم؟ للذين اتقوا عند ربهم جنات تجري من تحتها الأنهار ، خالدين فيها، وأزواج مطهرة، ورضوان من الله والله بصير بالعباد”. . Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: Wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (syurga). (QS. 3:14) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِّسَاءِ. Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita. (Muttafaq ‘alaihi) Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda. إن الدنيا حلوة خضرة. وإن الله مستخلفكم فيها، فينظر كيف تعملون، فاتقوا الدنيا، واتقوا النساء؛ فإن أول فتنة بني إسرائيل كانت في النساء) رواه مسلم) “Artinya : Sesungguhnya dunia ini manis dan indah. Dan sesungguhnya Allah menguasakan kepada kalian untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah yang pertama kali terjadi pada bani Israil adalah karena wanita.” Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2742 (99)), dari Shahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallaahu ‘anhu. ‘Aisyah radhiyal-laahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah minum madu di tempat Zainab binti Jahsyi dan tinggal bersamanya. Aku dan Hafshah bersepakat untuk mengatakan kepada beliau apabila beliau menemui salah seorang dari kami, ‘Apakah engkau telah memakan maghafir? Sungguh aku mendapati darimu aroma maghafir.’ Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Tidak, tetapi tadi aku minum madu di rumah Zainab binti Jahsyi dan aku tidak akan mengulanginya dan aku bersumpah. Jangan engkau beberkan hal ini kepada seorang pun.’ Maka turunlah ayat ini “Artinya : Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Sungguh, Allah telah mewajibkan kepadamu membebaskan diri dari sumpahmu; dan Allah adalah pelindungmu dan Dia Maha Mengetahui, Mahabijaksana”[At-Tahrim: 1-2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 4912) dan Muslim (no. 1474) Jarir bin ‘Athiyyah al-Khathafi bersenandung: إِنَّ العُيُوْنَ الَّتِيْ فِي طَرْفِهَا حَــوَرٌ قَتَلْنَنَا ثُمَّ لَمْ يُحْيِيْنَ قَتْــلاَناَ يَصْرَعْنَ ذَا اللُّبِّ حَتَّى لاَ حَرَاكَ لَهُ وَهُنَّ أَضْعَفُ خَلْقِ اللّهِ إِنْـسَاناَ Sesungguhnya indahnya mata-mata hitam wanita jelita Telah membunuh kita dan tiada lagi menghidupkannya Mereka pun taklukkan si cerdas hingga tiada berdaya Sedang mereka manusia paling lemah dari ciptaan-Nya Jamil Butsainah berkata: يَقُوْلُوْنَ: جَاهِدْ يَا جَمِيْلُ بِغَزْوَةٍ أَيَّ جِهَادٍ غَيْرَهُنَّ أُرِيْــدُ لِكُلِّ حَدِيْثٍ بَيْنَهُنَّ بَـشَاشَةٌ وَ كُلُّ قَتِيْلٍ بَيْنَهُنَّ شَهِيْـدُ Mereka berkata: Jihadlah, wahai Jamil di peperangan Jihad mana lagi selain bersama mereka yang ku inginkan Pada setiap alur cerita diantara mereka adalah suka cita Dan setiap korban di tengah mereka adalah syahid matinya Muhammad bin Ishaq Rahimahulloh menyatakan, “As-Sirri bin Dinar pernah singgah di kota Dzarib di Mesir. Di sana tinggal seorang wanita cantik yang amat menggoda karena kecantikannya. Karena tahu dirinya menarik, sang wanita berkata, `Aku akan menggoda lelaki ini.’ Maka wanita itupun masuk ke tempat lelaki itu dari pintunya. Wanita itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan As-Sirri. Beliau bertanya, `Ada apa denganmu?’ Wanita itu berkata, `Maukah Anda merasakan kasur yang empuk dan kehidupan yang nikmat?’ Beliau menghadap wanita itu sambil melantunkan syair: Berapa banyak pecandu kemaksiatan yang mereguk kenikmatan dari wanita-wanita itu Namun akhirnya ia mati meninggalkan mereka untuk merasakan siksa yang nyata Mereka merasakan kemaksiatan yang tiada abadi Untuk merasakan akibat kemaksiatan yang tak kunjung sirna Wahai kejahatan, sesungguhnya Allah melihat dan mendengar hambaNya Dengan kehendak Dia pulalah kemaksiatan itu tertutupi jua. (Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, Ibnul Qayyim, hal.339) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh menuturkan perihal akibat menuruti syahwat yang diharamkan: “Barangsiapa yang hatinya menghamba kepada kecantikan rupa yang diharamkan, baik wanita maupun anak muda, maka ini betul-betul merupakan adzab yang tak dapat dianggap remeh. Mereka adalah orang yang paling berat siksanya dan paling sedikit pahalanya. Karena orang yang tergila-gila kepada rupa di saat hati terkait erat dengannya sementara yang dituju jauh darinya, maka akan terkumpul berbagai macam keburukan dan kerusakan yang tak satu pun mampu mengukurnya selain Rabbul ’Ibad. Di antara bencana yang timbul (karena syahwat terhadap wanita yang diharamkan) adalah berpalingnya hati dari Allah. Karena hati manakala telah mengenyam manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas untuk-Nya, niscaya dia tidak lagi merasakan sesuatu yang lebih nikmat, lebih lezat, dan lebih baik dari hal itu (Majmu’ al-Fataawa X / 187) Ibnu al-Jauzi Rahimahulloh mengisyaratkan berbagai dampak buruk tersebut dan berkata: “Ketahuilah bahwa dampak negatifnya berbagai macam, ada yang sifatnya segera dan ada pula yang tertunda, terkadang kasat mata, dan terkadang tersembunyi pula”. Dampak paling berat dan berbahaya yang tidak dirasakan oleh penderita adalah berbaliknya iman dan ma’rifah. Selain itu kematian hati dan lenyapnya kelezatan munajat, bertambah kuatnya dorongan menuju dosa dan melalaikan al-Quran, meremehkan istighfar dan dampak lain yang membahayakan agamanya. Terkadang dampak tersebut merayap dengan pelan membawanya kepada kegelapan hingga menutup seluruh cakrawala hati, hingga bashirahnya menjadi buta. Dampak buruk yang paling ringan adalah berupa penyakit fisik yang menimpanya di dunia dan terkadang akibat buruk memandang akan dirasakan oleh mata. Maka barangsiapa yang menyadari telah terjerumus ke dalam dosa yang menimbulkan efek buruk, maka hendaklah bersegera menghindar dari dampak negatifnya dengan cara taubat yang tulus, mudah-mudahan dia akan terhindar (Dzammul Hawa: 217) KISAH_KISAH FITNAH WANITA Abul Faraj dan yang lainnya Rahimahulloh menuturkan, bahwa pernah seorang wanita cantik tinggal di Makkah. Ia sudah bersuami. Suatu hari ia bercermin dan menatap wajahnya sambil bertanya kepada suaminya, “Apakah menurutmu ada seorang lelaki yang melihat wajah ini dan tidak tergoda?” Sang suami menjawab, “Ada.” Si istri bertanya lagi, “Siapa dia?” Suaminya menjawab, “Ubaid bin Umair.” Si istri menjawab, “Izinkan aku untuk menggodanya.” “Aku sejak tadi sudah mengizinkanmu.” Jawabnya. Abul Faraj menuturkan, “Maka wanita itu mendatangi Ubaid seperti layaknya orang yang meminta fatwa. Ia berduaan dengan beliau di ujung masjid Al-Haram dan menyingkapkan wajahnya yang bagai kilauan cahaya rembulan. Maka Ubaid berujar kepadanya, “Wahai budak Allah, tutuplah wajahmu.” Si wanita menjawab, “Aku sudah tergoda denganmu.” Beliau menanggapi, “Baik. Saya akan bertanya kepadamu tentang satu hal, apabila engkau menjawabnya dengan jujur, aku akan perhatikan keinginanmu.” Si wanita berujar, “Saya akan jawab setiap pertanyaanmu dengan jujur.” Beliau bertanya, “Seandainya sekarang ini malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, apakah engkau ingin aku memenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.” Beliau bertanya lagi, “Seandainya engkau telah masuk kubur dan bersiap-siap untuk ditanya, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.” Beliau bertanya lagi, “Apabila manusia sedang menerima catatan amal perbuatan mereka, lalu engkau tidak mengetahui apakah akan menerimanya dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.” Beliau bertanya lagi, “Apabila engkau sedang akan melewati Ash-Shirath, sementara engkau tidak mengetahui apakah akan selamat atau tidak, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.” Beliau bertanya lagi, “Apabila telah didatangkan neraca keadilan, sementara engkau tidak mengetahui apakah timbangan amal perbuatanmu akan ringan atau berat, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.” Beliau bertanya lagi, “Apabila manusia sedang menerima catatan amal perbuatan mereka, lalu engkau tidak mengetahui apakah akan menerimanya dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.” Beliau bertanya lagi, “Apabila engaku sedang berdiri di hadapan Allah untuk ditanya, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu?” Si wanita menjawab, “Tentu tidak.” Beliau berujar, “Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur.” Beliau lalu berujar, “Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah telah memberi karuniaNya kepadamu dan telah berbuat baik kepadamu.” Ibnul Faraj menveritakan, “Maka wanita itupun pulang ke rumah menemui suaminya. Si suami bertanya, “Apa yang telah engkau perbuat?” si istri menjawab, “Sungguh engkau ini pengangguran (kurang ibadah) dan kita semuanya pengangguran.” Setelah itu si istri menjadi giat sekali melaksanakan shalat, shaum, dan ibadah-ibadah lain. Konon si suami sampai berkata, “Apa yang terjadi antara aku dengan Ubaid? Ia telah merubah istriku. Dahulu setiap malam bagi kami bagaikan malam pengantin, sekarang ia telah berubah menjadi pendeta (ahli ibadah). (Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, Ibnul Qayyim, hal. 340) Islam adalah benteng yang amat kokoh untuk memelihara kesucian, rasa malu, dan kemuliaan seorang wanita. Islam memerintahkan wanita untuk berhijab dan memiliki rasa malu. Wanita adalah sekolah pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika ia berjalan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam. Coba simak tentang kisah kesetiaan seorang wanita berikut ini. Ketika kaum pendosa lagi fasik mengepung pemimpin yang berbakti dan “sang korban pembunuhan” kaum berdosa, `Utsman bin `Affan Radhiyallahu `Anhudan mereka menyerangnya dengan pedang, maka isterinya (Na’ilah binti Al-Furafishah) maju ke hadapan beliau sehingga menjadi pelindung baginya dari kematian. Para pembunuh yang bengis ini tidak menghiraukan kehormatan wanita ini dan mereka terus menebas `Utsman dengan pedang, (namun sang isteri menangkisnya) dengan mengepalkan jari-jari tangannya, hingga jari-jarinya terlepas dari tangannya. Isterinya menggandengnya lalu terjatuh bersamanya, kemudian mereka membunuh `Utsman. (Audatul Hijaab (II/533), dan dinisbatkan kepada ad-Durrul Mantsuur fii Thabaqaat Rabaatil Khuduur (hal. 517) Kisah KEDUA Mengapa Dia Tega Membunuh Menantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Pembaca mulia, siapa di antara kita yang tidak kenal Abdurrahman bin Muljam? Dialah sang pembunuh salah satu shahabat terbaik sekaligus menantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu. Lalu, apa yang melatarinya tega membunuh Khalifah Ar-Rasyidah yang keempat ini? Imam Abu Al-Faraj bin Al-Jauzi (Ibnul Jauzi) menceritakan bahwa suatu ketika, Abdurrahman bin Muljam melihat wanita dari Taim Ar-Rabbab yang biasa dipanggil Qatham. Ia merupakan wanita yang paling cantik, tetapi berpaham khawarij. Kaum wanita tersebut telah dibunuh karena mengikuti paham khawarij pada perang An-Nahrawan. Ketika Ibnu Muljam melihatnya, dia jatuh cinta padanya lalu melamarnya. Wanita ini mengatakan, “Aku tidak menikah denganmu kecuali dengan syarat mahar 3000 dinar dan membunuh Ali bin Abi Thalib”. Akhirnya, dia menikahinya dengan syarat tersebut. Ketika telah bersua dengannya, wanita ini berkata, “Hai! Kamu telah menyelesaikan (hajatmu). Pergilah!” Ia pun keluar dengan menyandang senjatanya, dan Qatham juga keluar. Lalu, Qatham memasangkan peci kepadanya di masjid. Ketika ‘Ali keluar sambil menyerukan, “Shalat! shalat!”, Ibnu Muljam mengikutinya dari belakang lalu menebasnya dengan pedang pada batok kepalanya. Tentang hal ini, seorang penyair berkata, لم أر مهرا ساقه ذو سماحة … كمهر قطام بيننا غير معجم ثلاثة آلاف وعبد وقينة … وقتل علي بالحسام المصمم فلا مهر أغلى من علي وإن غلا … ولافتك إلا دون فتك ابن ملجم Aku tidak melihat mahar yang dibawa oleh orang yang punya kehormatan Seperti mahar Qatham yang sedemikian jelas tidak samar Mahar 300 dinar, hamba sahaya, biduanita Dan membunuh ‘Ali dengan pedang yang tajam Tidak ada mahar yang lebih mahal dari Ali meskipun berlebihan Tidak ada kebengisan yang Melebihi kebengisan Ibnu Muljam (Dzammul hawa (ذم الهوى) yang ditahqiq Musthafa Abdul Wahid hal. 361) Kisah KETIGA DAHSYATNYA WANITA KHAWARIJ Menginjak kisah kedua, kita akan membaca kisah Imran bin Hithan. Tahukah pembaca siapakah Imran bin Hithhan itu? Ketahuilah wahai pembaca mulia, pada awalnya dia adalah tokoh ahlus sunnah yang sempat bertemu dengan beberapa shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ya, bahkan ia sempat mengambil ilmu dari istri tercinta Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Lalu, bagaimana ia bisa berubah menjadi berpemahaman khawarij dan bahkan menjadi salah satu tokoh besarnya? Awal mula berubahnya pemahaman Imran adalah pada saat ia ingin menikahi saudara sepupunya yang sangat cantik. Muhammad bin Abi Raja’ berkata, أخبرني رجل من أهل الكوفة قال تزوج عمران بن حطان امرأة من الخوارج ليردها عن دينالخوارج فغيرته إلى رأي الخوارج وكانت من أجمل الناس وأحسنهم عقلا وكان عمران من أسمح الناس وأقبحهم وجها فقالت له ذات يوم اني نظرت في أمري وأمرك فإذا أنا وأنت في الجنة قال وكيف قالت لأني أعطيت مثلك فصبرت وأعطيت مثلي فشكرت فالصابر والشاكر في الجنة قال فمات عنها عمران فخطبها سويد بن منجوف السدوسي فأبت أن تزوجه وكان في وجهها خال كان عمران يستحسنه ويقبله فشدت عليه فقطعته وقالت والله لا ينظر إليه أحد بعد عمران وما تزوجت حتى ماتت وذكر أبو العباس المبرد أن اسمها حمزة وأنه قال لها خجلا لا بل مثلي ومثلك كما قال الأحوص ان الحسام وان رثت مضاربه إذا ضربت به مكروهة قتلا فاياك والعود إلى ما قلت مرة أخرى Salah seorang penduduk kota Kufah bercerita pada saya bahwa Imran bin Hiththan menikahi wanita khawarij untuk membebaskan wanita tersebut dari pemahaman khawarij. Akan tetapi, wanita itulah yang justru mengubah Imran menjadi Khawarij. Wanita tersebut merupakan wanita yang paling cantik dan paling cerdas otaknya sedangkan Imran adalah manusia paling ramah dan paling buruk rupa. Lalu, suatu hari wanita tersebut berkata pada ‘Imran, “Sesungguhnya aku telah memperhatikan permasalahanku dan permasalahanmu. Maka, kita berdua niscaya akan berada di surga.” Serta merta Imran bertanya, “Bagaimana bisa?” Wanita itu menjawab, “Itu bisa terjadi karena aku mendapat laki-laki sepertimu (yang buruk rupa), lalu aku bersabar. Sementara dirimu mendapat wanita sepertiku (yang cantik), lalu engkau besyukur. As-shoobir (Orang yang sabar) dan Asy-Syaakir (orang yang bersyukur) adalah penghuni surga.” Perkataan ringkas istrinya itu ternyata berhasil mengubah otak Imran. Wal ‘iyadzu billah. Padahal, pada mulanya Imran bin Hithhan berupaya menikahi sepupu wanitanya itu untuk menasehatinya agar terlepas dari pemikiran khawarij. Teman-teman Imran sebenarnya sudah menasehatinya untuk tidak coba-coba ‘bermain dengan api’. Namun, Imran bersikukuh bahwa ia akan dapat mengubah manhaj wanita yang dicintainya itu. Maka, terjadilah apa yang terjadi. Wanita itulah yang justru berhasil mengubah manhaj Imran. Ya, jangan coba-coba bermain dengan api. Sesungguhnya ulama Syam zaman dulu pernah mengatakan, من أعطى أسباب الفتنة من نفسه أولا لم ينج آخرا وإن كان جاهدا Siapa yang menjerumuskan dirinya dalam sebab-sebab fitnah, ia tidak akan selamat pada (fase) berikutnya meskipun ia berusaha. (Tahdzibul Kamal, juz 22, hal 324) Maka, wahai saudaraku. Berhati-hatilah ketika Anda menjumpai wanita. Jika Anda melihat dia tersenyum pada Anda, ketahuilah bahwa ia pun telah tersenyum pada orang lain. Palingkanlah pandangan Anda darinya! Dan anggaplah ia bagaikan tembok sehingga nafsu Anda akan terbebas darinya. Janganlah terbersit dalam pikiran Anda perkataan, “Akan kunasehati dan kudakwahi dia.” Jangan… oh.. jangan… Ingatlah! Jika Imran yang notabene adalah seorang ulama yang sempat bertemu dengan shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saja bisa terfitnah oleh wanita, lalu bagaimana dengan kita? Lupakanlah kecantikannya jika ia akan menghantarkanmu ke neraka. Apalagi, kita hidup di zaman penuh fitnah ketika kecantikan tidak hanya dimiliki wanita khawarij semata. Di jalan… di kampus… di pasar… di kendaraan umum… di setiap tempat kita dapati kebanyakan wanita sudah tidak lagi memiliki rasa malu. Namun, jika kita dapati sejumlah kecil muslimah yang menjaga kesucian dan kehormatan dirinya justru mendapat hinaan dan olokan manusia. Wal ‘iyyadzu billah! Inilah musibah! Dan musibah yang lebih besar lagi adalah jika Anda memilih wanita bermanhaj menyimpang sebagai pendamping hidup Anda. لقد ضل من تحوى هواه خريدة … وقد ذل من تقضي عليه كعاب ولكنني والحمد لله حازم … أعز إذا ذلت لهن رقاب ولا تملك الحسناء قلبي كله … ولو شملتها رقة وشباب وأجرى ولا أعطى الهوى فضل مقودي … وأهفو ولا يخفى علي صواب Sungguh telah tersesat orang yang isi cintanya adalah perawan Sungguh hina orang yang dibinasakan oleh gadis yang montok Tetapi aku alhamdulillah masih kuat Aku tetap mulia ketika leher-leher manusia tunduk pada mereka Gadis-gadis cantik tidak menguasai hatiku seluruhnya Walaupun jiwa muda meliputinya Aku berjalan dan tidak aku berikan cintaku melebihi tali kendaliku Aku beranjak dan kebenaran tidak tersembunyi dariku Banyak bersabar walau tak ada apapun yang tersisa dariku *Dikumpulkan dari berbagai sumber oleh Abdulqohhar Al Musnawy